Joker adalah salah satu karakter penjahat paling gila dari DC Comics. Film tentang dirinya keluar di tahun 2019 dan menjadi sorotan bagi publik. Terlepas dari itu, Joker sendiri menyorot sisi mental manusia yang jarang dibahas secara umum. Lagi-lagi isu kesehatan mental semakin naik daun. Eits, #KejarMimpi nggak mau spoiler kok. Di sini kita akan membahas kenapa isu kesehatan mental seperti yang dialami Arthur harus kamu suarakan.
Film Joker sendiri mengangkat kisah biografi musuh Batman yang berprofesi menjadi komedian tunggal dan hidupnya jauh dari kata bahagia. Di samping penyakit jiwa yg diderita, lingkungannya sering melecehkan dirinya sehingga ia melihat dunia begitu kejam. Sisi tragis ini yang mengundang empati dan mengaduk emosi penonton. Meskipun begitu, film ini sebenarnya mendorong gagasan bahwa lingkungan yang tidak suportif bisa membuat mental seseorang tidak terkendali dan hal terburuknya berujung pada tindakan kekerasan.
Apa yang Terjadi Jika Seseorang Mengalami Gangguan Mental?
"Joker" secara implisit memberi tahu kita bahwa kesehatan mental itu nggak boleh disepelein. Bukan hanya sekedar tahu pentingnya kesehatan mental, tapi bagaimana kita bisa menerima dan membantu seseorang yang mengalami gangguan mental. Siapa saja bisa mengalami gangguan mental, termasuk kita yang sama sekali nggak pernah kepikiran punya masalah mental. Penyebabnya pun beragam, bisa dari dalam diri atau tekanan lingkungan.
Musuh terbesar dalam hidup kita sebenernya dari pikiran diri sendiri. Rasa takut, cemas, emosi dari diri kita. Secara nggak sadar, batin mereka akan merasa nggak tentram dan tenang. Mereka merasa kurang percaya diri dan kurang percaya dengan pendapat orang lain. Dari luar masih bisa tersenyum dan berinteraksi seperti biasa, tapi kalau mereka sendirian bisa tiba-tiba merasakan putus asa sampai ada pikiran dunia ini nggak mendukung dia. Kalau sudah merasa depresi berlebihan, dampaknya juga bisa mempengaruhi kesehatan fisik seperti penyakit jantung, stroke bahkan gangguan pencernaan.
Selain dari dalam diri, lingkungan juga bisa mempengaruhi mental seseorang. Di era media sosial saat ini pun bisa jadi salah satu pemicu tekanan mental kita. Orang dengan mudahnya memberikan komentar negatif atau menjelekkan postingan kita tanpa tahu cerita dibalik itu. Berpendapat boleh, tapi apa iya harus dengan kata negatif? Bisa aja lontaran negatif tersebut membuat seseorang melakukan kekerasan yang merugikan orang lain.
Tekanan Mental Memang Nggak Mudah, Tapi Kamu Bisa Melewatinya
Namanya juga hidup, kadang nggak semulus yang kita mimpikan. It is okay not to be okay, and it is completely okay to seek help. Apa yang kita dan orang lain butuhkan supaya nggak berlarut-larut dalam tekanan mental adalah bagaimana kita bisa berusaha berpikiran positif dan mendapat dukungan dari lingkungan sekitar kita.
Ini beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mencegah atau menemani orang yang mengalami tekanan batin:
1. Hilangkan Persepsi Negatif Tentang Mental Illness
Mungkin bagi sebagian orang, bahasan kesehatan mental adalah hal yang tabu untuk dibicarakan. Masih banyak juga yang mengkaitkan masalah kesehatan mental dengan stigma negatif, akhirnya kita menjauhi orang tersebut. Yuk hilangkan persepsi itu dan ketahui bahwa mereka butuh teman cerita untuk meluapkan isi pikirannya.
2. Luapkan Pikiran Dan Emosi Dengan Menulis Jurnal
Menulis jurnal mendorong kita mengeksplorasi pikiran dan perasaan terhadap peristiwa yang kita hadapi. Jurnal juga sebagai manajemen stres dan media eksplorasi diri ketika kita lakukan secara konsisten. Jurnal ini hanya untuk ditulis dan dibaca kamu. Tulis apa yang kamu syukuri hari ini, apa yang kamu pelajari, kesalahan atau penyesalan apa yang sudah kamu perbuat dan bagaimana cara menanganinya. Dijamin pasti lega setelah meluapkan emosimu di jurnal.
3. Selalu menjadi Support System Terbaik untuk Teman
Hal yang paling mendasar ketika menghadapi teman yang depresi adalah menjadi pendengar yang baik. Ketika ia mulai menceritakan permasalahannya pada kita, berarti kita dipercayai olehnya. Biarkan ia berkeluh-kesah pada kita, cukup siapkan telinga yang siap mendengar dan bahu yang siap untuk merangkul. Kamu boleh bicara ketika mereka meminta saranmu. Beri komentar yang positif atau kalimat seperti "It's okay, we will figure out this together" atau "Kalau butuh apa-apa, bilang aku”. Hal sesederhana pelukan atau genggaman tangan pun bisa memperkuat mereka dan merasa bahwa masih ada yang peduli dengannya.
4. Tinggalkan Masalah Sejenak, Lakukan Hal Yang Kamu Suka
Lakukan hal yang kamu suka atau yang berbeda, dan menyenangkan setiap kamu mulai merasa stress atau ada pikiran negatif. Kalau kamu merasa stuck ngerjain skripsi, coba tinggalin sejenak dan lakukan kegiatan lain seperti menonton film atau sekedar ngobrol bareng temen. Dengan ini bisa merangsang otak kita untuk rileks dan meningkatkan hormon dopamine yang berkaitan dengan rasa senang. Bahkan bisa jadi kamu menemukan ide atau solusi baru bagi masalah yang belum terpecahkan.
5. Gabung di lingkungan yang Mendukung Pengembangan Dirimu
Orang-orang di sekitar kita memainkan peran besar dalam proses pengembangan diri, baik pengaruh secara sikap dan emosi. Orang-orang yang memberikan energi positif dapat menjadikan kita secara emosional semakin yakin akan semua #KejarMimpi kita. Banyak kok komunitas Indonesia yang merangkul masyarakat untuk peduli pentingnya mental health dan bahkan mendukung pengembangan dirimu salah satunya Komunitas #KejarMimpi.